Naga Dari Timur (Asli Indonesia)

Sedikitnya, hanya ada sekitar 4.000 ekor komodo di alam liar yang hanya bisa ditemukan di tiga pulau di Indonesia: Pulau Komodo, Flores dan Rinca. Komodo jantan yang udah dewasa bisa tumbuh sampai sepanjang 3 meter dan beratnya bisa mencapai 90 kg, itulah yang bikin mereka dapat julukan sebagai ‘kadal terbesar di bumi’. Binatang ini sangat menarik untuk dipelajari, karena mereka sangat unik.
Selama ini orang beranggapan mulut Komodo menyimpan bakteri virulen yang bisa menginfeksi mangsanya dengan cepat. Tetapi beberapa analisis tentang Komodo menunjukkan adanya saluran kelenjar racun yang mengarah ke gigi komodo. Ternyata ketimbang menggunakan kekuatan gigitanuntuk menggigit mangsanya, Komodo lebih suka menjepit mangsanya dengan gigi2nya lho. Karena dengan cara ini, bisa atau racun dapat meresap ke luka yang ada pada tubuh mangsanya.
Pernah denger tentang kadal Monster Gila ngga? (baca: Hee-La, bukan Gila beneran dalam bahasa Indo) Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadal ini berada di garis keturunan yang sama dengan komodo. Sistem racun dalam kadal dan ular juga sebenarnya berasal dari satu nenek moyang.
Penelitian menggunakan simulasi komputer untuk meneliti tengkorak Komodo yang lalu menghasilkan fakta bahwa kekuatan gigitan komodo hanya seperenam dari buaya air asin Australia, yang notabene memiliki ukuran tengkorak yang sama. Sebaliknya, tengkorak Komodo dioptimalkan untuk menghadapi tekanan yang terjadi jika mangsanya berusaha berontak atau mau kabur. Selanjutnya, pemindaian MRI pada kepala Komodo mengidentifikasi adanya saluran kelenjar racun besar yang mengarah ke ruang diantara gigi2 komodo. Pembedahan saluran kelenjar ini juga menunjukkan bisa yang dikenal untuk menurunkan tekanan darah dan bertindak sebagai anti-koagulan (menyebabkan darah ngga bisa membeku hingga mangsanya shock dan berdarah sampai mati).
Komodo ini hanya menghasilkan sejumlah kecil racun yang relatif lemah dan metode pengiriman racun pada mangsanya bukan yang paling efisien. Komodo membuat luka besar menggunakan kekuatan gigi mereka, dan itu biasanya cukup lebar untuk memasukkan bisanya. Komodo itu cukup kuat untuk mempertahankan mangsanya lho. Beda banget ma ular. Dari segi fisik, ular berbisa jauh lebih lemah karena ular berbisa ngga kuat jika harus tetap mempertahankan mangsanya dalam gigitan mereka, ular berbisa harus menyuntikkan bisa ke mangsanya dan membiarkan mangsanya pergi sambil menunggu bisanya bekerja. Itu sebabnya ular berbisa memiliki taring berongga dan racun mematikan yang melebihi komodo.
Hasil penelitian ini menyimpulkan kalo bakteri yang ada di dalam mulut komodo bisa menginfeksi mangsanya dengan cepat. Tapi penelitian baru gagal menunjukkan jenis bakteri apa yang biasanya terdapat pada liur Komodo. Teori ini udah diuji bertahun-tahun, tapi ngga pernah benar-benar terbukti.
Referensi hasil penelitian juga ada yang menunjukkan fakta bahwa Megalania – kerabat dekat dari Komodo yang sudah punah juga berbisa. Oleh karena itu sepertinya komodo akan menjadi binatang berbisa terbesar yang pernah hidup.
Fakta menarik lainnya, kadal terbesar di dunia ini melakukan proses parthenogenesis.. Nah lhoo, apaan lagi nih? Proses parthenogenesis itu adalah sebuah proses dimana dia mampu melahirkan telur2nya tanpa ada kontak dari jantannya. Keren ngga tuh..! Udah ada serangkaian tes yang menunjukkan kalo komodo betina bisa mengembangkan sel telurnya  tanpa dibuahi sperma komodo jantan.
Salah satu bukti nyata adalah seekor komodo yang dipelihara di kebun binatang Chester di Inggris. Komodo tersebut belum pernah dijadikan satu atau melakukan perkawinan dengan jantannya tapi dia bisa menelurkan 11 telur di awal tahun ini, tapi sayangnya, 3 di antaranya membusuk. Para ahli bilang sih telur2 tadi hasil dari reproduksi aseksual.
Mau bukti lainnya? Ada seekor komodo yang ditempatkan di kebun binatang London yang mampu memproduksi 4 butir telur awal tahun kemarin sedangkan komodo betina tadi ngga pernah ‘berhubungan’ dengan komodo jantan selama kurang lebih 2 tahun. Tapi komodo betina juga bisa menghasilkan telurnya melalui proses perkawinannya dengan komodo jantan, dalam arti melalui perkawinan yang normal2 aja. Sekedar info, masa mengerami komodo berjangka waktu sekitar 7 hingga 9 bulan. Hampir sama kaya manusia ya?
Komodo baru menetas
Proses partenogenesis ini sebenarnya udah ditemukan di lebih dari 70 spesies binatang bertulang belakang tapi selalu dianggap hal yang ngga biasa dan mungkin juga dikategorikan sebagai fenomena yang tidak normal. Hal ini diketahui pernah terjadi pada beberapa ular, ikan, biawak dan bahkan kalkun. Melihat  proses ini terjadi pada 2 ekor komodo betina yang terpisah dan tak ada hubungannya dalam waktu satu tahun, mungkin menunjukkan bahwa proses partenogenesis ini bisa lebih luas dan umum.
Kata para ilmuwan sih, karena hewan-hewan ini di berada di penangkaran selama bertahun-tahun tanpa mendapat akses untuk berhubungan dengan pejantannya, mereka jadi bisa ber-reproduksi secara parthenogenetic. Tapi kemampuan untuk mereproduksi parthenogenetically ini jelas kemampuan turun temurun. Komodo betina mampu memanfaatkan kemampuannya untuk bereproduksi tanpa hubungan seksual  ketika, misalnya aja, dia terdampar sendirian di sebuah pulau tanpa ada komodo jantan untuk membantunya berkembang biak.
Yang lebih menarik lagi, karena proses genetika ini, telur2 komodo parthenogenetic bisa dipastikan akan selalu menetaskan bayi komodo yang berjenis kelamin jantan. Ini bisa dibuktikan dengan komodo betina  yang memiliki satu kromosom  W dan satu kromosom Z, sedangkan komodo jantan memiliki dua kromosom Z. Telur dari komodo betina membawa satu kromosom, baik kromosom Z atau W, dan ketika proses partenogenesis terjadi, baik kromosom Z atau W akan diduplikasi, hal ini menyebabkan telur jadi berkromosom WW atau ZZ. Telur berkromosom WW ngga bisa hidup, tetapi telur yang memiliki kromosom ZZ  bisa berkembang dan ini berarti menghasilkan bayi komodo jantan. Gituuu..
Setelah melalui proses parthenogenesis, komodo betina yang diberi kesempatan kawin dengan komodo jantan juga akan bisa kembali menghasilkan telurnya melalui proses perkawinan yang normal dengan komodo jantan, dan bisa membangun sebuiah koloni baru.
Para peneliti mengatakan untuk memastikan keragaman genetik Komodo yang dipelihara di penangkaran, kebun binatang mungkin harus menempatkan komodo jantan dan betina untuk menghindari reproduksi aseksual yang hanya menghasilkan bayi komodo jantan.

Katak Kaca


Dari begitu banyak spesies amfibi yang aneh & menarik di planet Bumi, ada satu yang sangat unik & special. Dia adalah Katak Kaca atau Glass Frogs. Katak ini sangat unik karena kulitnya benar benar transparan, jadi isi tubuhnya bisa keliatan. Kulit yang transparan ini juga memberikan keuntungan bagi katak karena mereka bisa sedikit terlindungi dari predator. Sebab karena badannya yang transparan, katak ini hampir tidak terlihat di antara dedaunan. Apalagi Glass frogs kebanyakan aktif di malam hari. Ini membuat mereka sulit ditemukan.

Glass frogs hidup di pepohonan & di antara tanaman di hutan pegunungan Amerika Tengah & Selatan yang lembab. Hutan hujan ini lebih tinggi dari gunung sehingga disebut juga hutan awan karena pepohonannya selalu tertutup awan.
Selama musim kawin, katak ini hidup di sepanjang sungai dimana mereka akan bertelur di daun daun yang menggantung di atas air sungai. Setelah selesai musim kawin, katak ini akankembali hidup di dataran tinggi di pepohonan.
Telur Glass Frogs
Para ahli konservasi sangat tertarik dengan jenis katak ini karena kemungkinan katak ini bisa menjadi bioindikator. Yang artinya satu spesies dapat menyediakan petunjuk tentang kesehatan dari lingkungan tempat mereka hidup. Karena perubahan cuaca di Bumi, beberapa hutan hujan & hutan awan tempat glass frog hidup menjadi terlalu kering, yang membuat katak ini (dan juga tanaman & hewan lainnya yang hidup di hutan hujan & hutan awan) mengalami kesulitan untuk bertahan hidup. Dengan meneliti Glass frog, diharapkan dampak dari pemanasan global bagi hutan hujan & spesies yang ada di dalamnya bisa dipelajari lebih jauh.

Kura Kura Terbesar Di Dunia

Penyu Belimbing (Dermochelys Coriacea) .


Tukik yang baru menetas beratnya kurang dari 200 gram, tapi setelah dewasa bisa mencapai 600-900 kg. Tukik yang baru menetas berenang ke laut lepas dan baru kembali ke darat setelah berat badannya mencapai sekitar 600 kilogram, untuk bertelur. Hanya penyu betina dewasa yang naik  ke daratan selama sekitar tiga jam dalam setiap masa bertelur untuk meletakkan 60-120 telurnya, lalu kembali ke laut, dan naik lagi ke daratan untuk bertelur 2-3 tahun kemudian.

Kura Kura Galapagos (Geochelone elephantopus).


Kura kura Galapagos adalah spesies kura kura terbesar yang masih hidup. Beratnya mencapai lebih dari 400 kilograms dan panjangnya mencapai 1.8 meters. Selain itu, kura kura ini juga memiliki umur terpanjang dari semua jenis hewan bertulang belakang. Jika hidup di alam liar, kura kura ini bisa mencapai umur 100 tahun, dan kura kura tertua diperkirakan mencapai umur 170 tahun. Spesies langka ini diperkirakan jumlahnya hanya tinggal 20.000 ekor.

Aldabra Giant Tortoise (Geochelone gigantean).


Aldabra atau Kura kura Galapagos adalah jenis kura kura terbesar kedua di seluruh dunia. Kura kura ini berwarna hitam keabu abuan dengan tempurung berbentuk kubah yang tinggi dan tebal. Kura kura ini juga memiliki leher yang panjang untuk mencari dan mengumpulkan makanan. Aldabra dapat ditemui di Aldabra Atol, di Pulau Seychelles, beberapa juga ditemukan di Madagascar, Mauritius, Reunion & Tanzania. Masa kawin kura kura biasanya terjadi pada bulan Januari hingga April. Betina bertelur 9 hingga 25 yang kurang dari setengahnya dalam keadaan bagus. Masa inkubasinya antara 73 hingga 160 hari dengan bayi yang muncul saat awal musim hujan. Kura kura Aldabra dewasa bisa tumbuh hingga mencapai panjang 1.2 meters, dan berat 250 kg untuk jantannya; sedangkan betina bisa mencapai 0.9 meter dengan berat 160 kg. Umur kura kura ini bisa mencapai 80 tahun walaupun opernah dicatat kura kura aldabra berumur 255 tahun.

Sulcata (Geochelone sulcata).


Sulcata adalah spesies kura kura terbesar nomer tiga setelah Galapagos tortoise dan Aldabra Giant Tortoise; dan kura kura darat yang terbesar. Kura kura dewasa memiliki ukuran tempurung hingga 45 cm panjangnya dan beratnya mencapai 30-45 kilogram. Spesies dengan panjang tempurung 60-90 cm dan berat 70 kg tidak diketahui. Mereka menetas dengan ukuran 2-3 inci sdan tumbuh dengan amat cepat hingga ukuran15-25 cm dalam tahun tahun pertamanya.

Alligator Snaping Turtle (Macroclemys temminckii).


Karakteristik  Alligator Snapping Turtle adalah kepala yang besar dan panjang, tempurung yang tebal dengan 3 sisik punggung yang besar (osteoderms).
Perbedaannya dengan Common Snapping Turtle adalah Common Snapping Turtle mempunyai tempurung yang lebih halus sedangkan alligator snapping turtle memiliki 3 plat yang meruncing di punggungnya. Salah satu Alligator snapping turtle terbesar ditemukan di Kansas tahun 1937 dengan berat 183 kg, tapi yang tercatat paling berat masih diperdebatkan. Panjang alligator snapping turtle bisa mencapai 40 hingga 80 cm.

Common Snapping Turtle (Chelydra serpentina).


Panjang tempurung Common Snapping Turtle bisa mencapai 50 cm sedangkan beratnya bisa mencapai 34 kg. Common Snapping Turtle biasa hidup di danau yang dangkal atau sungai. Snapping turtles memakan tanaman dan daging, dan termasuk pemburu yang aktif. Mereka makan apa yang bisa mereka telan seperti ikan, katak, reptil (termasuk ular dan kura kura yang lebih kecil), mamalia kecil bahkan burung. Snapper akan berjalan jauh untuk mencari habitat baru atau untuk bertelur. Snapper akan pindah jika lingkungannya terkena polusi, habitatnya hancur, kekurangan makanan atau terlalu banyak snapper lain yang tinggal di habitat mereka. Spesies ini kawin pada bulan April hingga November dengan masa bertelur sekitar bulan Juni dan Juli. Uniknya, snapper beina mampu menahan sperma snapper jantan selama beberapa musim untuk digunakan saat diperlukan. Wow..!!
Betina akan mencari teanah berpasir untuk bertelur, seringkali jaraknya dekat dengan perairan. Biasanya snapper akan bertelur 25 hingga 80 butir tiap tahunnya dan telurnya akan menetas dalam 9-18 minggu.

Dampak pemanasan global pada penyu laut

~~~~~ Penyu Hijau ~~~~~
Diperkirakan, tahun 2070, pasir di pantai akan menjadi sangat panas dan kemungkinan besar akan membuat telur telur penyu ‘matang’ dan ini berarti fenomena alam ini berpotensi mengahncurkan populasi penyu laut. Selain itu, kenaikan permukaan laut juga merupakan ancaman yang serius dalam waktu dekat ini, yaitu sekitar tahun 2030.
Saat penyu laut naik ke darat untuk bertelur, mereka mengahdapi 3 ancaman serius dari perubahan iklim yaitu: siklon, air pasang & suhu yang memanas.
Para peneliti memperkirakan dari sekarang hingga tahun 2030, kenaikan garis pantai akan membahayakan daratan tempat penyu bertelur. Dan ditambah lagi, di tahun 2070, pasir di banyak daerah akan sangat panas hingga telur penyu tidak akan bisa bertahan.
Para ahli merasa pasti dengan dampak pemanasan pantai. Suhu pasir menentukan rasio jenis kelamin penyu.Dengan kenaikan suhu, akan menetas lebih banyak penyu betina. Suhu yang lebih hangat juga mengurangi keberhasilan penetasan & menghasilkan tukik yang cacat, sedangkan suhu diatas 33 derajat celcius mengakibatkan telur mati.
Membangun tempat tempat teduh di pantai, menanam tanaman di seanjang pantai atau merelokasi telur ke tempat yang lebih dingin kemungkinan strategi yang baik untuk melindungi teur telur ini dari pemanasan yang berlebihan. Temuan ini dapat membantu memprioritaskan upaya konservasi. Untuk jangka panjang, pengurangan dampak dari kenaikan permukaan air laut tidak terlalu jadi masalah karena peningkatan suhulah yang akan menyebabkan sebagian besar kerusakan. Tapi rasanya tidak semudah itu. Daratan tempat bertelur kemungkinan akan berpindah dengan cara yang tidak bisa diantipasi oleh ilmu pengetahuan karena kenaikan permukaan laut.
Tapi beberapa ancaman yang dihadapi berbeda beda di tiap daerah. Di Karibia, banyak terdapat pembangunan di pesisir pantai. Jika permukaan laut naik & ada bangunan bangunan di belakangnya, laut tidak akan berpindah kemanapun.
Penyu laut sudah ada sejak dulu, dan mereka selalu beradaptasi dengan perubahan iklim. Penyu laut memiliki kemampuan biologis untuk beradaptasi. Tapi sekarang penyu laut jauh lebih

Alligator Snapping Turtle

Alligator Snapping Turtle
Meskipun kemiripan antara common snapping turtles (Chelydra serpentine) and alligator snapping turtles (Macrochelys temminckii) sudah jelas terlihat, keduanya sebenarnya sepupu jauh dan juga memiliki perbedaan yang sangat jelas. Alligator snapping turtles lebih memilih tempat tinggal di sungai yang lebih dalam dengan aliran air yang lumayan deras, tapi kadang-kadang alligator snapping turtles  juga dapat ditemukan di danau.
Tempurung tukik alligator snappers memiliki kerutan yang mirip dengan common snapper, tetapi proses untuk mendapatkan tempurung yang ‘rapi’ jauh lebih berlarut-larut, dan alligator snappers memiliki tiga ‘rangka’ yang akan terus ada sampai mereka tua. Sederet sisik menebal supramarginal terbentang di sepanjang sisi sisi karapas. Di antara semua spesies penyu air tawar di Amerika Utara, tempurung alligator snappers sangat unik. Leher alligator snappers cukup pendek untuk standar penyu, tetapi kepala alligator snappers besar, dengan rahang yang juga besar. Dan tentu saja, ada karakteristik yang paling terkenal dari alligator snappers: terdapat tambahan ‘daging’ yang mirip cacing di ujung lidah yang digunakan untuk memancing ikan. Ukuran Alligator snappers dewasa rata rata 24 inci.  Diperkirakan Alligator snappers bisa hidup hingga 150 tahun.
Alligator snappers tidak terlalu suka berjemur, tapi Alligator snappers  yang masih kecil lebih suka tidur pada sebagian obyek yang terendam. Jadi meskipun sebuah tempat berjemur tidak diperlukan, konstruksi yang memungkinkan Alligator snappers untuk memanjat ke permukaan harus disediakan. Lampu ultraviolet tidak diperlukan, tetapi untuk mengahasilkan metabolisme kalsium yang cukup, makanan yang bervariasi termasuk suplemen vitamin D harus disediakan. Sekarang banyak yang menjual pelet untuk makanan Alligator snappers yang mengandung cukup vitamin D. Ini lebih baik emngingat suplemen yang berbentuk bubuk akan terurai di dalam air.
Alligator snappers lebih cenderung bersifat karnivora ketimbang common snapper, tetapi  Alligator snappers juga mengkonsumsi sayuran dalam jumlah tertentu. Alligator snappers makan berbagai macam makanan kura kura seperti jangkrik, ulat bambu, udang kecil, cacing tanah juga ikan kecil yang masih hidup. Jika diberi makan ikan hidup, kemungkinan kita akan bisa melihat Alligator snappers ‘memancing’ ikan menggunakan umpan ujung lidahnya saat mencoba menangkap & memakan ikan kecil. Alligator snappers juga suka makan anggur. Walaupun tukik Alligator snappers tidak menghiraukan makanan berbentuk pellet, kebanyakan bisa disapih pellet saat Alligator snappers beranjak remaja.

Katak Raksasa, beracun pula..


Salah satu kelompok lingkungan hidup di Darwin, Australia, menangkap Cane Toad atau katak Bufo Marinus seukuran anak anjing. Bentuk tubuh katak ini seperti bola & beratnya hampir 1 kilogram. Katak ini adalah salah satu katak terbesar yang ditangkap di Australia.
Katak ini sangat besar, walaupun biasanya katak betina yang berukuran lebih besar, katak yang ditemukan ini berkelamin jantan.
Frogwatch, yang bertugas memusnahkan katak beracun & sudah membasmi hewan yang tak terhitung jumlahnya di Australia, menangkap katak sepanjang 15 inch ini saat hujan di danau diluar kota Darwin.
Bufo marinus atau Cane Toad diimpor dari Amerika Selatan pada tahun 1930 karena diharapkan bisa mengatasi kumbang yang menjadi hama tanaman tebu di Australia. Tapi katak yang beracun ini menjadi kesalahan fatal bagi ekosistem Australia yang rentan, membunuh jutaan hewan asli Australia, dari ular hingga buaya kecil yang memakan katak ini.
Sebagai bagian dari proyek “Toad Buster”, Frogwatch melakukan ‘penggerebekan’ reguler di kola kolam setempat, membutakan kodok dengan lampu yang terang kemudian menangkap mereka sekaligus dengan jumlah lusinan. Katak katak ini lalu dibunuh dengan gas karbon dioksida, disimpan di dalam freezer besar dan kemudian katak katak ini diproses untuk dibuat pupuk cair  yang menghilangkan racun katak ini. Dan ternyata pupuk ini menjadi pupuk yang sensasional.

Katak berdarah hijau


Seekor katak dengan darah berwarna hijau dan tulang berwarna hijau pirus ditemukan di Pegunungan Cardamom, Kamboja. Katak Samkos (Chiromantis samkosensis) dianggap sangat langka,warna darah dan tulangnya yang tidak biasa disebabkan oleh pigmen biliverdin, produk limbah yang biasanya diproses di organ hati.
Pada spesies katak ini, biliverdin dialirkan kembali ke dalam darah hingga memberikan warna hijau. Fenomena ini juga terlihat di beberapa spesies kadal. Biliverdin hijau bisa terlihat melalui kulit katak yang tipis & tembus pandang hingga katak ini memiliki penyamaran yang semakin sempurna. Kemungkinan darahnya juga memberikan rasa yang tidak enak pada lidah predator pemangsa katak.
Katak ini terlihat pertama kali pada tahun 2000 tapi diakui sebagai spesies baru secara resmi pada tahun 2007. Pada tahun 2008, sebuah ekspedisi diadakan untuk mencari lebih banyak katak Samkos ini, tapi mereka hanya menemukan seekor katak Samkos yang sedang bertengger di alang alang di sebuah jalan, dimana dulunya merupakan kolam pembiakan. Spesies ini berkembang biak di kolam kolam sementara yang ada karena hujan di hutan sekitar 500 meter diatas laut. Selain itu, tidak diketahui lagi tentang ekologi katak ini.
Konsultan naturalis & fotografer dari Fauna & Flora International Jeremy Holden adalah orang yang menemukan katak semak Samkos. Jeremy Holden mengatakan saat dia menemukan katak ini, dia merasa menemukan spesies yang baru untuk hewan amfibi. Memotret katak ini menjadi satu telah tantangan tersendiri karena katak ini sangat sulit untuk ditemukan, tapi karena suara panggilan katak yang khas, Jeremy berhasil mendapatkan beberapa gambar yang sangat bagus & merekamnya.

Ular garter kebal racun Kadal air


Ular Garter di beberapa lokasi geografis tampaknya mulai mengembangkan resistansi terhadap racun mematikan yang dikeluarkan oleh kadal air. Ular garter tampaknya berevolusi hingga tubuhnya tahan akan racun kadal air yang bernama tetrodotoxin (TTX), yang juga diproduksi oleh blowfish. Beberapa kadal air sangat beracun, mereka bisa memproduksi TTX yang cukup untuk sekumpulan manusia dewasa.
Sepanjang sebagian besar wilayah kadal air dan ular garter telah terkunci dalam semacam perlombaan senjata: ular garter tahan terhadap TTX yang menyebabkan seleksi alam untuk mendukung kadal air menjadi lebih beracun, dan hal ini mendorong kadal air untuk memiliki ketahanan yang lebih tinggi.
Ular Garter di beberapa lokasi geografis mengembangkan resistansi ekstrim terhadap TTX sampai produksi TTX pada kadal air tidak dapat mempengaruhinya. Tapi tampaknya populasi kadal air dan populasi ular garter berimbang.
Kadal air paling beracun ditemukan di daerah yang sama dengan tempat ular garter yang sangat tahan terhadap racunnya, dan di daerah tanpa kadal air beracun hanya ada ular garter yang tidak tahan racun. Data ini dibuktikan dari ketahanan ular garter yang disuntik dengan suntikan TTX dan dengan pencatatan seberapa cepat ular ular itu merayap. Meskipun TTX tidak membunuh ular garter yang tahan dengan racun TTX, racun TTX sering kali memperlambat pergerakan ular garter untuk sementara waktu. Ular garter yang kurang tahan terhadap racun TTX bergerak lebih lambat setelah penyuntikan TTX, dan beberapa diantaranya bahkan lumpuh sementara.

Perbedaan buaya dulu & sekarang


Sebuah artikel dalam Journal of Vertebrate Paleontology mengungkapkan buaya dan alligator berasal dari kelompok crocodyliforms yang sangat beragam yang hidup jutaan tahun yang lalu. Buaya & aligator bukanlah “fosil hidup” yang tak berubah sperti perkiraan orang selama ini,.
Menurut artikel tersebut, ada penemuan fosil baru-baru crocodyliforms yang tidak sesuai dengan ciri ciri buaya (gigi berbentuk kerucut, moncong panjang, rahang kuat dan ekor panjang). Salah satu dari spesies crocodyliform adalah Simosuchus clarki, yang hidup di Madagaskar sekitar 66 juta tahun yang lalu, pada akhir Zaman Dinosaurus. Clarki Simosuchus memiliki moncong tumpul, gigi berbentuk daun dan tubuh yang pendek yang dilapisi kulit tebal. Sejak penemuan tengkorak S. clarki dan sebagian kerangkanya 10 tahun yang lalu, cukup banyak tengkorak dan kerangka yang berasal dari Madagaskar mewakili hampir setiap tulang crocodyliform.
Menurut artikel itu, crocodyliform yang bertubuh gempal dan berekor pendek sepanjang  2 kaki itu tidak mampu menangkap mangsa dari tepi sungai seperti yang dilakukan buaya modern. Bahkan, rahang & gigi S. Clarki yang lemah mengindikasikan bahwa kemungkinan S. Clarki adalah  pemakan tanaman.

Seekor ular kobra dapat melumpuhkan mangsanya dengan menggunakan bisa yang dihasilkan dari tubuhnya, jelaskan mekanisme keluarnya bisa dari tubuh ular? Mengapa ular dapat memakan magsa yang tubuhnya lebih besar dari ukuran mulutnya, mengapa hal itu bisa terjadi? Bagaimana sistem penceraannya dapat menampung dan mengolah makanan yang ukurannya lebih besar dari ukuran tubuh ular? Dalam rangka menurunkan suhu tubuh dan mengenali musuhnya apa yang harus dilakukan ular?Ular dalam hidupnya sering melakukan ekdisis, apa yyang dimaksud dengan ekdisis?Terangkan mekanisme ekdisis tersebut!

Bisa pada ular merupakan protein yang dihasilkan oleh kelenjar bisa. Kelenjar ini berada tepat di atas langit- langit mulut ular. bisa berfungsi untuk mematikan mangsa dan membantu pencernaan. Bisa ini dialirkan dari lengit- langit melalui alur yang terdapat pada gigi taring. Ketika, gigi tersebut menggigit mangsa, kelenjar bisa akan tertekan dan mengalirkan bisa melalui saluran pada gigi yang beralur tersebut.
Ular harus menelan mangsanya bulat- bulat. Ini karena ular tidak memiliki gigi belakang yang besar untuk menghancurkan mangsa. Ular dapat memakan mangsa dengan ukuran yang lebih besar kaena ular dapat memisahkan tulang- tulang rahangnya. Rahang bagian belakang dari mulutnya dihubungkan oleh sendi yang berbentuk segiempat, sehingga mulut ular dapat menganga 180ยบ dan didukung oleh rahang bawah yang hanya dihubungkan oleh ligamen (otot) yang sangat elastis
Rahang pada ular dibangun oleh 4 elemen, bukan 2 elemen. Rahang ini melekat dengan longgar pada ligament sehingga dapat meregang pada waktu memakan mangsanya. Sisi rahang atas tidak menyatu dan di bagian belakang dasar rahang terdapat tulang tambahan yang turun ke bawah sehingga kedua bagian rahang dapat terbuka lebar, mangsa pun bisa masuk ke dalam leher. Rahang bawah ular juga tidak menyatu satu sama lain antara kiri dan kanan. Karena rahang ular yang terpisah atau tidak menyatu mengakibatkan ular dapat memakan mangsa yang ukuran tubuhnya lebih besar dari ukuran tubuh ular itu sendiri.
Ular memiliki organ- organ pencernaan yang sangat elastis. Hal ini disebabkan karena ular hidup melata di tanah dan memanfaatkan otot- otot pada tubuhnya untuk melakukan pergerakan. Maka, otot- otot di seluruh tubuhnya menjadi sangat elastis dan kuat. Tulang rusuk pada ular tidak menyatu dengan tulang dada selayaknya manusia, hal ini memungkinkan rusuk membentang seluas- luasnya dan memungkinkan makanan masuk ke dalam perut . Sehingga, organ pencernaan yang elastis dapat mulur sampai ke titik elastisitas maksimal. Lambung pada ular selain memiliki otot yang kuat dan elastis, juga memiliki tingkat keasaman yang tinggi sehingga makanan dapat hancur dengan mudahnya.
Seluruh reptilia tidak menggunakan makanan untuk menghasilkan panas tubuh. Reptil memanfaatkan panas dari lingkungan untuk menghangatkan tubuhnya. Jika panas di lingkungan terlalu tinggi, kebanyakan ular akan bersembunyi di bawah batu atau membenamkan diri di tanah untuk mengurangi intensitas cahaya matahari yang memapar tubuhnya. ular memiliki lubang- lubang di wajahnya yang dapat berfungsi untuk menurunkan suhu tubuh dan pendeteksi panas yang dilepaskan oleh mangsanya.
Pit organ juga dapat digunakan untuk mendeteksi sinyal inframerah. Pit organ digunakan untuk mendeteksi keberadaan mangsanya yang merupakan hewan berdarah panas. Selain itu, pit organ juga dapat berfungsi sebagai thermoregulator. Pada pit organ ini terdapat membran yang peka terhadap panas. Pesan yang disampaikan kepada otak adalah lokasi dan jarak mangsa berada. Ular yang biasa dilengkapi dengan Pit Nose ini biasanya tergolong dalam familia Viperidae dan sub familianya Crotalinae, dan ular dalam familia Boidae
Kulit ular tidak tumbuh bersama dengan tubuhnya. Ini berarti bahwa kulit ular harus diganti secara periodik ketika tubuh mulai membesar. Peristiwa pergantian kulit luar inilah yang disebut dengan eksdisis. Ketika ekdisis, tidak semua sistem integumen reptil terlepas dan digantikan oleh yang baru. Akan tetapi, hanya pada bagian yang mengalami keratinasi saja yang terkelupas. Hal ini sama dengan yang terjadi pada beberapa serangga dan crustaceae.
Tanda-tanda dan siklus ekdisis khususnya pada ular adalah sebagai berikut:
1. Kulit berangsur-angsur menjadi buram
2. Mata juga berangsur-angsur menjadi buram/berkabut, sampai akhirnya terselimuti selaput berwarna putih buram (milky eyes)
3. Mata berangsur-angsur menjadi jernih kembali
4. Kulit berangsur-angsur menjadi cerah kembali
5. Lapisan kulit lama mengelupas, sampai akhirnya terlihatlah kulit barunya yg terliha bersih segar dan mengkilat.